Wapres

Wapres Tekankan Pengawasan Proyek Bendungan Jragung Demi Ketahanan Pangan

Wapres Tekankan Pengawasan Proyek Bendungan Jragung Demi Ketahanan Pangan
Wapres Tekankan Pengawasan Proyek Bendungan Jragung Demi Ketahanan Pangan

JAKARTA - Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menekankan pentingnya pengawasan terhadap penyelesaian proyek Bendungan Jragung di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, sebagai bagian dari upaya memperkuat ketahanan pangan dan energi di wilayah sekitar.

Hal ini disampaikan Wapres usai meninjau progres pembangunan bendungan yang kini telah mencapai 89,3 persen, Jumat, 7 November 2025.

“Hari ini kita di Bendungan Jragung, Kabupaten Semarang progresnya sudah 89 persen. Tahun depan udah jadi. Ini saya mohon agar tetap dikawal dari kementerian terkait, dari balai terkait, dari kepala daerah, karena ini sangat penting sekali untuk ketahanan pangan, energi dan reduksi banjir,” ucap Wapres.

Gibran menegaskan bahwa penyelesaian proyek ini akan meminimalkan risiko banjir, terutama di wilayah Semarang yang sering terdampak luapan air. Menurutnya, pengawalan dari semua pihak terkait menjadi kunci agar proyek strategis ini berjalan lancar sesuai jadwal.

Sebelum meninjau Bendungan Jragung, Wapres juga memantau progres pembangunan kolam retensi Terboyo di Jalan Raya Kaligawe, Kota Semarang, Jawa Tengah. Proyek ini merupakan bagian dari Giant Sea Wall yang bertujuan memperkuat pengendalian banjir di daerah pesisir Semarang.

“Minggu lalu kita ke Semarang Kota, kita cek progres dari pembangunan kolam retensi 'Giant Sea Wall' dan mengecek pengaktifan beberapa mesin pompa karena kemarin cukup parah, tapi kita lihat progresnya cukup baik,” kata Gibran. Menurut Wapres, meski progresnya cukup memuaskan, pengaktifan mesin pompa dan peralatan penunjang lainnya harus terus diperhatikan agar sistem pengendalian banjir berjalan maksimal.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana (BBWS PJ), Sudarto, menyatakan bahwa pembangunan Bendungan Jragung diperkirakan rampung pada November 2026. Dengan anggaran sebesar Rp3,09 triliun, bendungan ini memiliki kapasitas tampung sekitar 90 juta meter kubik air dengan luas genangan mencapai 52 hektare.

“Manfaatnya adalah satu untuk mendukung ketahanan pangan, yaitu mengairi irigasi seluas 4.500 hektare, dan menambah luas tanam kurang lebih 475 hektare,” kata Sudarto. Hal ini menunjukkan bahwa bendungan tidak hanya berfungsi sebagai pengendali banjir, tetapi juga sebagai sarana utama dalam meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah sekitarnya.

Selain itu, Bendungan Jragung juga berperan dalam ketahanan air. Bendungan ini dirancang untuk menyediakan air baku bagi tiga kota dan kabupaten, yakni Semarang, Demak, dan Grobogan. Ketersediaan air yang stabil diharapkan dapat menunjang kebutuhan masyarakat sekaligus mendukung sektor pertanian dan industri.

Gibran menekankan pentingnya kolaborasi antara kementerian, balai sungai, dan pemerintah daerah agar proyek dapat berjalan sesuai target. Menurutnya, keterlibatan berbagai pihak akan mempercepat penyelesaian dan memastikan manfaat bendungan dapat dirasakan secara optimal.

“Ini proyek strategis yang berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat. Pengawasan dari kementerian, balai sungai, hingga pemerintah daerah mutlak diperlukan agar target pembangunan bisa tercapai,” ujar Wapres.

Selain meninjau Bendungan Jragung, perhatian Wapres pada infrastruktur pengendalian banjir juga terlihat dari kunjungannya ke proyek Giant Sea Wall. Kolam retensi Terboyo yang menjadi bagian dari proyek ini berfungsi menampung limpasan air hujan dan mengurangi risiko banjir di Kota Semarang.

Gibran menilai progres proyek Giant Sea Wall cukup baik, meski beberapa mesin pompa masih membutuhkan perhatian untuk pengaktifan penuh. Hal ini menjadi salah satu fokus agar infrastruktur dapat berfungsi secara optimal saat musim hujan tiba.

Proyek Bendungan Jragung juga memiliki dampak strategis jangka panjang. Dengan kapasitas tampung besar dan kemampuan mengairi ribuan hektare lahan pertanian, bendungan diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional. Selain itu, pengendalian banjir akan memberikan perlindungan bagi pemukiman dan fasilitas umum di sekitarnya.

Pemerintah menekankan bahwa pemantauan progres proyek bukan hanya soal fisik bendungan, tetapi juga memastikan operasional sistem pendukung, termasuk irigasi, pompa air, dan pengelolaan daerah tangkapan air. Upaya ini menjadi bagian dari strategi nasional dalam menjaga ketahanan pangan, energi, dan air bersih.

Dengan progres yang mendekati 90 persen, Bendungan Jragung ditargetkan selesai tahun depan. Wapres meminta semua pihak tetap mengawal penyelesaian proyek hingga operasionalnya berjalan optimal. Kesiapan bendungan dalam menyediakan air, mendukung pertanian, serta mengurangi risiko banjir menjadi prioritas utama pemerintah.

Selain itu, keberhasilan proyek ini diharapkan menjadi contoh pengelolaan infrastruktur strategis yang terintegrasi, melibatkan pemerintah pusat dan daerah, serta memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Dengan begitu, Bendungan Jragung tidak hanya memberikan manfaat langsung, tetapi juga mendorong pengembangan wilayah yang lebih aman dan produktif.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index