Update Nilai Tukar Rupiah vs Dolar AS Selasa 4 November 2025

Selasa, 04 November 2025 | 10:30:53 WIB
Update Nilai Tukar Rupiah vs Dolar AS Selasa 4 November 2025

JAKARTA - Nilai tukar rupiah menghadapi fluktuasi yang cukup signifikan pada perdagangan Selasa, 4 November 2025, seiring tekanan dari kondisi global dan perkembangan ekonomi domestik.

Pergerakan rupiah yang cenderung melemah menjadi sorotan pelaku pasar, terutama setelah dolar AS menunjukkan penguatan akibat ketidakpastian fiskal dan arah kebijakan suku bunga di Amerika Serikat.

“Pada perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.670-Rp16.730,” ujar Pengamat Ekonomi, Mata Uang & Komoditas PT Traze Andalan Futures, Ibrahim Assuaibi. Pelemahan ini melanjutkan tren kemarin ketika rupiah ditutup turun 45 poin di level Rp16.676 per dolar AS.

Fluktuasi Rupiah Dipicu Sentimen Eksternal

Ibrahim menjelaskan, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh kombinasi faktor eksternal dan domestik. Dari sisi global, Federal Reserve memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pekan lalu. Namun, pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell bahwa pemangkasan lebih lanjut tidak pasti membuat pasar berhati-hati dan menyesuaikan ekspektasi. Hal ini mendorong penguatan dolar AS ke level tertinggi dalam tiga bulan terakhir.

Selain itu, penutupan pemerintahan Amerika Serikat memasuki pekan kelima tanpa kemajuan signifikan turut menambah ketidakpastian. Kondisi ini menunda rilis sejumlah indikator ekonomi penting dan memicu kekhawatiran pasar terhadap potensi perlambatan aktivitas ekonomi AS.

Situasi geopolitik global juga menjadi faktor penekan. Serangan Ukraina terhadap salah satu pelabuhan minyak utama Rusia di Laut Hitam memicu kekhawatiran gangguan pasokan energi. Ketegangan meningkat ketika Rusia membalas serangan tersebut di wilayah Zaporizhzhia. 

Meskipun ada kabar positif dari pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Busan, yang menghasilkan komitmen pengurangan hambatan perdagangan, pasar masih mencermati dampak nyata dari perjanjian ini.

Aktivitas Manufaktur Domestik Menunjukkan Perluasan

Di dalam negeri, kondisi ekonomi Indonesia memberikan sinyal positif meski tekanan eksternal tetap ada. Data Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur pada Oktober 2025 menunjukkan angka 51,2, meningkat dari 50,4 pada bulan sebelumnya. Hal ini menandakan ekspansi sektor manufaktur selama tiga bulan berturut-turut, didorong oleh peningkatan produksi, aktivitas pembelian, dan kebutuhan tenaga kerja.

Permintaan domestik tercatat meningkat, sementara permintaan ekspor menurun akibat pelemahan pasar global dalam dua bulan terakhir. Tekanan biaya menjadi tantangan bagi produsen, karena harga bahan baku melonjak ke level tertinggi dalam delapan bulan terakhir. Meski demikian, perusahaan memilih menahan kenaikan harga jual untuk menjaga daya saing, sehingga inflasi yang ditransmisikan ke konsumen relatif terkendali.

Strategi Produsen Menghadapi Permintaan dan Biaya

Sebagian pelaku industri meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan baru, sementara yang lain memanfaatkan stok barang jadi yang tersedia, sehingga persediaan mengalami penurunan terbatas. Langkah ini menjadi strategi penting bagi produsen untuk menyeimbangkan tekanan biaya dan kebutuhan pasar.

“Perusahaan harus cermat dalam menyesuaikan kapasitas produksi dan stok, agar tetap kompetitif tanpa menimbulkan tekanan inflasi tambahan,” kata Ibrahim.

Implikasi bagi Pasar dan Konsumen

Fluktuasi rupiah yang cenderung melemah membawa dampak bagi perdagangan dan investasi, khususnya bagi sektor yang mengandalkan impor bahan baku. Investor domestik maupun asing perlu memperhitungkan risiko nilai tukar saat membuat keputusan, sedangkan konsumen mungkin merasakan dampak pada harga barang impor.

Di sisi lain, ekspansi manufaktur yang berkelanjutan menjadi penopang optimisme bagi perekonomian Indonesia. Pertumbuhan sektor industri tidak hanya menjaga momentum ekonomi domestik tetapi juga meningkatkan peluang lapangan kerja dan konsumsi masyarakat.

Kombinasi tekanan global dan dinamika domestik ini menunjukkan pentingnya pengelolaan kebijakan moneter yang tepat. Bank Indonesia bersama pemerintah perlu terus memantau pergerakan rupiah, menjaga stabilitas keuangan, dan mendukung sektor riil agar pertumbuhan ekonomi tetap berkelanjutan meski menghadapi volatilitas global.

Dengan pergerakan rupiah yang fluktuatif namun didukung oleh sektor manufaktur yang masih ekspansif, pasar domestik diharapkan mampu menyesuaikan diri dan menjaga stabilitas jangka menengah. Strategi pengelolaan nilai tukar dan kebijakan fiskal serta moneter yang sinergis menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ekonomi global sekaligus memanfaatkan peluang pertumbuhan ekonomi nasional.

Terkini